Ayam Merangkat yang merupakan makanan khas Lombok tentunya dapat dengan mudah didapatkan di berbagai tempat di Pulau Lombok, dalam hal ini di Desa Wisata yang menyajikan kuliner lokal. Hidangan tersebut yang tersedia diberbagai tempat memiliki penampilan dan cita rasa yang berbeda- beda, namun memiliki cerita (story) yang sama yaitu hidangan yang disajikan dalam prosesi adat Merariq
Tatanan kehidupan sosial kemasyarakatan di Desa Wisata Hijau Bilebante tidak terlepas dari kearifan lokal masyarakat setempat yang merupakan perwujudan dari perilaku kehidupan bermasyarakat berdasarkan pengalaman dan perjalanan hidup dari nenek moyang. Sehingga, kultur budaya dan tradisi masyarakat turut dipengaruhi oleh peradaban manusia dan sejarah panjang masyarakat suku Sasak, khususnya di Desa Bilebante, Lombok Tengah (Nurhayati, 2022).
Ayam Merangkat merupakan simbol tradisi upacara Mangan Merangkat oleh masyarakat Lombok terutama di wilayah Kabupaten Lombok Tengah sehingga penggalan maupun sebutan tersebut menjadi bukti agar masyarakat Lombok harus tetap melestarikan budaya yang ada oleh generasi penerus karena banyak pesan moral yang terdapat dalam tradisi Sasak tersebut.
Tradisi Mangan Merangkat di masyarakat Desa Bilebante memiliki ketentuan dalam pelaksanaannya, yaitu pada proses selarian telah diketahui dan diterima oleh keluarga dari kedua belah pihak (calon mempelai laki-laki dan perempuan). Proses selarian merupakan adat tradisi dalam perkawinan di suku Sasak, Lombok yang memiliki tahapan seperti pertama Midang, kemudian yang kedua Merariq Merangkat, ketiga adalah Sejati Selabar, keempat Nuntut Wali pernikahan dan yang kelima adalah Abot Enteng. Proses Abot Enteng itu membicarakan proses penyelesaiannya apakah secara utama, madya atau yasa, itu tingkatannya, utama itu paling tinggi, madya itu tengah-tengah. Proses yang keenam adalah Nyongkolan atau Aji Krama dan yang ketujuh yaitu Bales Onas Nae atau Napak Tilas (Datu , 2021).
Dalam sajian hidangan upacara Mangan Merangkat, terdapat salah satu hidangan yang terbuat dari bahan ayam yang merupakan simbol menu hidangan utama yang sangat spesial karena masyarakat sasak jaman dahulu menganggap hidangan ayam biasanya hanya disajikan bagi tamu istimewa. Hidangan ayam yang disajikan pada saat Mangan Merangkat inilah yang kemudian dikenal sebagai istilah “Ayam Merangkat.” (Tokoh adat Sasak, 2021). Hingga saat ini bahan utama yang digunakan masih berupa ayam kampung dan dibawa oleh masing-masing pemuda atau saudara calon mempelai laki-laki.hal tersebut mempunyai makna sebagai wujud solidaritas dan toleransi antar sesama.
Ayam yang dibawa oleh para pemuda ataupun saudara tersebut diperoleh dari hasil ternak sendiri dan keunikan pada tradisi Upacara Merangkat ini adalah waktu yang digunakan saat mengambil ayam dari kandangnya yaitu menjelang magrib atau senja,sehingga ayam dengan mudah dapat diambil dan mengeluarkan seuara berkeok –keok,hal tersebut dapat dimaknai bahwa ada calon pengantin baru di sekitar rumah warga/penduduk setempat. Keunikan dapat kita jumpai kembali yaitu waktu untuk acara makan bersama (Berayan) dimana acara tersebut dilaksanakan kira kira pukul 12 tengah malam sampai dengan jam 2 pagi dikarenakan waktu yang cukup lama untuk mempersiapkan olahan Ayam Merangkat yaitu ayam yang harus dipanggang dan nasi yang harus ditanak,dan semua itu dilakukan bersama-sama oleh pemuda dan masyarakat setempat dengan keihlasan hati dan toleransi antar sesama.
Tradisi mangan merangkat dengan menu utama berupa Ayam Merangkat diselenggarakan bersama-sama sebagai wujud sukacita dari sanak keluarga, kerabat hingga tetangg…
Desa Wisata Bilebante adalah desa wisata yang dibangun oleh masyarakat sekitar secara swadaya. Kami bekerjasama dengan banyak pihak untuk membangun satu persatu fasilitas desa sehingga kamu bisa menikmatinya dengan nyaman. Mari datang dan lihat keindahan desa dan keramahan masyarakat kami dari dekat.